Knowledege Content
Sejauh ini, memang belum ada solusi yang pasti untuk mengatasi permasalahan tersebut. Berikut ini adalah beberapa pendekatan yang berupaya untuk mengatasi permasalahan trilema blockchain:
Layer-1
Dalam ekosistem desentralisasi, Layer-1 merujuk pada protokol blockchain seperti Bitcoin, Litecoin, dan Ethereum. Saat ini, terdapat beberapa metode yang dikembangkan agar bisa memperbaiki skalabilitas jaringan blockchain Layer-1 secara langsung.
Mengganti Mekanisme Konsensus
Mekanisme PoW merupakan salah satu protokol yang paling aman, walaupun kapasitas pemrosesan transaksinya lambat. Blockchain seperti Bitcoin, Litecoin, serta Ethereum menggunakan konsensus PoW. Namun, Ethereum belum lama ini memutuskan beralih dari mekanisme PoW menjadi Proof-of-Stake (PoS) sebagai upaya meningkatkan skalabilitas.
Alih-alih mengandalkan para penambang untuk melakukan verifikasi transaksi lewat penambangan, PoS meminta validator mengunci aset crypto mereka untuk mengamankan jaringan dan memverifikasi transaksi. Dengan mekanisme ini, pemrosesan transaksi bisa jauh lebih cepat. Selain PoS, ada protokol konsensus lainnya, misalnya Proof-of-History (PoH) milik Solana.
Jika kamu tertarik mencari tahu cara kerja PoH milik Solana, jangan lupa baca artikel berikut.
Sharding
Sharding merupakan arsitektur blockchain yang memungkinkan setiap node (komputer/server) yang memproses verifikasi untuk menyimpan sebagaian kecil dari data platform. Lewat sharding, proses penyimpanan data dibagi menjadi pecahan-pecahan (shards) yang lebih kecil, yang kemudian bisa disimpan di berbagai pihak. Secara bersamaan, proses ini membagi beban komputasi dan penyimpanan data ke beberapa node, sehingga mengurangi beban secara keseluruhan.
Alhasil, sharding dapat meningkatkan kecepatan dan skalabilitas jaringan, tanpa mengorbankan keamanan dan desentralisasi. Salah satu blockchain yang menerapkan sharding untuk meningkatkan skalabilitas adalah Near Protocol. Lewat the Merge, kini Ethereum juga memanfaatkan teknologi sharding.
Berikut ini adalah perbedaan antara Layer-1 dan Layer-2
Kriteria Layer-1 Layer-2
Definisi Layer-1 adalah solusi untuk meningkatkan skalabilitas dengan cara memodifikasi secara langsung pada protokol blockchain yang sudah ada Layer-2 adalah solusi untuk meningkatkan skalabilitas dengan cara membuat jaringan atau teknologi baru di atas protokol blockchain yang sudah ada
Cara Kerja Mengubah protokol yang sudah ada, bisa dengan memperbesar ukuran blok, atau mengganti mekanisme konsensus dengan harapan meningkatkan skalabilitas Membagi atau mengalihkan sebagian pemrosesan transaksi dari jaringan utama ke jaringan baru untuk meringankan beban sehingga bisa meningkatkan skalabilitas.
Contoh – Penggantian mekanisme konsensus
– Mengubah ukuran blok
– Sharding – Rollups
– Zero-Knowledge Proofs
– State Channels
– Sidechains
Layer 2
Layer-2 merujuk pada jaringan atau teknologi yang beroperasi di atas protokol blockchain yang sudah ada untuk memperbaiki skalabilitas dan efisiensi blockchain yang menjadi underlying-nya (Layer-1). Protokol Layer-2 terus berkembang belakangan ini dan bisa menjadi salah satu cara untuk mengatasi permasalahan skalabilitas, khususnya untuk konsensus PoW.
Rollups
Rollups merupakan solusi layer-2 yang paling umum digunakan untuk meningkatkan skalabilitas. Rollups bekerja dengan cara menggabungkan beberapa transaksi layer-2 untuk kemudian dikirimkan sebagai satu transaksi ke blockhain utama. Sistem ini menggunakan validity proofs untuk memastikan integritas dari sebuah transaksi.
Zero-Knowledge Proofs
Zero-Knowledge (ZK) adalah metode kriptografi canggih yang memungkinkan pembuktian bahwa suatu pihak mengetahui atau mempunyai informasi data tanpa harus mengungkapkan seluruh informasi sebagai buktinya. Penggunaan ZK dapat membantu blockchain meningkatkan aspek skalabilitas sembari tetap menjaga aspek keamanan. Hal ini dikarenakan teknologi ZK dapat memverifikasi transaksi lebih cepat karena hanya membutuhkan data bukti ZK (zero knowledge proof),alih-alih memproses keseluruhan data.
Seiring seluruh data tidak perlu diproses, hal ini sekaligus menjaga privasi para pemilik datanya. Polygon menjadi salah satu blockchain yang getol mengembangkan dan menerapkan sistem ZK proofs dalam jaringannya. Selain itu, beberapa proyek crypto lain yang ingin menerapkan teknologi ZK adalah StarkNet, StarkEx, dan zkSync.
State Channels
Alih-alih transaksi diproses di blockchain utama, state channels memberikan layer tambahan untuk memproses sebuah transaksi. State channels dijalankan oleh sebuah smart contract. Jadi, ketika transaksi dibuat, pemrosesannya akan dilanjutkan pada ‘channel’ alias di luar blockchain utama hingga selesai. Begitu rampung, nantinya hanya informasi awal dan akhir saja yang dikirimkan ke blockchain utama, bukan seluruh informasi, untuk kemudian diverifikasi. Salah satu contoh state channels adalah Lighting Network Bitcoin.
Terkait Lighting Network, kamu bisa mempelajarinya lebih dalam lewat artikel berikut.
Sidechains
Sidechains merupakan perpaduan antara state channels dan nested blockchains. Sidechains akan menghubungkan layer-1 dengan blockchain utama melalui jembatan yang punya mekanisme konsensus tersendiri. Dengan demikian, beban blockchain utama untuk melakukan validasi transaksi menjadi lebih ringan. Biasanya, sidechains digunakan untuk sekelompok transaksi dalam jumlah besar. Contohnya adalah game dengan blockchain terbesar, Axie Infinity yang menghubungkan sidechain Ronin miliknya ke Ethereum.
Sejauh ini memang belum ada solusi yang pasti untuk menyelesaikan trilema blockchain. Teknologi yang ada saat ini belum memungkinkan para pengembang untuk mengoptimalkan aspek desentralisasi, keamanan, dan skalabilitas secara bersamaan. Nantinya, ketika teknologi sudah semakin canggih sehingga kecepatan transaksi blockchain bisa dimaksimalkan tanpa harus mengorbankan desentralisasi dan keamanan, permasalahan trilema blockchain barulah bisa terselesaikan.
Namun, untuk saat ini, solusi seperti layer-1 dan layer-2, serta berbagai upaya lainnya adalah jalan terbaik untuk mengoptimalkan kemampuan blockchain. Para tim pengembang sejauh ini masih terus berusaha dan optimistis bisa menyelesaikan trilema blockchain. Oleh sebab itu, sebaiknya kita juga menaruh kepercayaan tersebut dan optimistis trilema blockchain bisa terselesaikan di masa depan.